KEKUATAN DO’A DAN
BAGAIMANA PARA NABI BERDO’A
ISLAMEDIA – Berdo’a merupakan hubungan yang
penting dengan Allah Yang Maha Besar, hal diperlukan guna menunjukkan kelemahan
kita di hadapan Allah. Tuhan kita menunjukkan bahwa do’a merupakan ti
ndakan yang penting atas bentuk penyembahan
kepada-Nya berdasarkan ayat “Katakanlah: Tetapi bagaimana kamu beribadat
kepada-Nya, padahal kamu sungguh mendustakan-Nya “(Surat al-Furqan,
77).Sebenarnya, kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan Allah ada pada setiap
karakter manusia, merupakan syarat penciptaan. Akan tetapi, di lain hal berdo’a
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan bagi orang beriman, namun
untuk beberapa orang hal itu merupakan bentuk tindakan penyembahan yang hanya
perlu diingat di waktu mereka berhadapan dengan kesulitan atau situasi yang
membahayakan kehidupan mereka. Hal ini merupakan kesalahan besar karena yang
paling baik adalah memohon kepada Allah Yang Maha Besar pada kedua kondisi
tersebut, baik dalam kesulitan dan kemudahan untuk memohon ampunan-Nya.Bersungguh-sungguh
dalam Berdo’a.
Allah telah mempermudah hambanya untuk
menemukan apapun yang ia lihat sebagai hal yang baik dan indah. Akan tetapi,
fokus dalam berdo’a yang dilakukannya adalah sepenting do’a itu sendiri.
Berdo’a dengan kesabaran seperti suatu kebutuhan dan harapan untuk berdoa,
ketidaknyamanan akan hal tersebut dan yang paling penting dalam berdoa; bahwa
kedekatan kepada Allah semakin meningkat. Semakin bersungguh-sungguh dalam
berdoa membuat hamba yang berdo’a tersebut memiliki karakter dan keinginan yang
semakin kuat. Orang beriman yang menunjukkan kesungguhan dalam berdoa
mendapatkan banyak keuntungan seperti keyakinan yang semakin dalam, ini jauh
lebih bernilai dibandingkan dengan apa yang ia inginkan/ minta. Hal ini
tertulis dalam Al-Qur’an bahwa diperlukan kesungguhan dalam do’a seperti:
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang –orang yang khusyu “ (Surat Al-Baqarah:45).
Rasulullah (SAW) telah menyatakan betapa Ia
membutuhkan Allah terkadang dengan terus berdo’a bertahun-tahun dan Tuhan kita,
Allah Yang Maha Pengasih, telah memberikan apa yang ia inginkan pada di saat
yang terbaik. Fakta bahwa Allah menerima semua do’a, baik itu yang
terang-terangan maupun yang tersembunyi, merupakan bentuk ke-agungan-Nya dan
Kerahiman-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan sebersit apapun pemikiran yang
terlintas di kepala hamba-Nya tanpa kembali lagi kepadanya, Akan tetapi “
menerima do’a” tidak berarti sesuatu terjadi seperti yang diminta karena
terkadang seseorang mungkin saja meminta sesuatu yang membahayakan dirinya
sendiri. Allah SWT mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut:
“Dan manusia mendo’a untuk kejahatan
sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa.”
(Surat Al-Isra:11).
(Surat Al-Isra:11).
Allah mengetahui yang terbaik dan apa yang
terburuk untuk orang tersebut karena Ia lah yang memiliki segalanya. Atas
segala ciptaan-Nya, ada banyak sekali hal-hal yang tersembunyi dalam cara Ia
menerima do’a. Sebagai contoh, Nabi Yakub (as) bergabung kembali dengan anaknya
nabi Yusuf (as) setelah menunggu dalam waktu tahunan yang panjang, Nabi Yusuf
mendapatkan kekuatan dan kekuasaan setelah dipenjara selama beberapa waktu.
Nabi Ayub (as), diselamatkan dari syetan, semua ini terjadi setelah mendapat
kesabaran dan do’a yang berkelanjutan. Allah Yang Maha Besar, telah menerima
do’a dari kepatuhan yang tulus dari waktu terbaik-Nya. Allah SWT, telah
menerima do’a hamba yang tulus untuk waktu terbaiknya, dan telah membuat mereka
matang, mendidik, meningkatkan kesetiaan dan ketulusan dan mengubah mereka
menjadi hamba yang bernilai dan memiliki derajat yang tinggi di surga.
Bagaimana Allah menerima do’a
Ketika orang beriman berdoa, ia tahu bahwa
Allah mendengarnya dan akan selalu menerima do’anya kapan pun. Ini karena ia
menyadari bahwa sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, tapi berdasarkan atas
ketentuan yang ditentukan oleh Allah dan sebagaimana yang diinginkan-Nya. Untuk
itu, ia tak memiliki keraguan bahwa ia tidak akan mendapatkan kembali do’anya.
Berdo’a dengan jiwa yang tulus menghasilkan kebaikan. Dalam satu ayat, hal itu
diperlihatkan bahwa Tuhan kami akan selalu menerima do’a sebagai manifestasi
dari nama “Al-Mujib” (Ia yang menerima permintaan dari mereka yang meminta
pada-Nya).
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku. Maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yangberdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran..” (Surat al-Baqarah,
186).
Alasan bahwa sesuatu yang diminta dalam do’a
ditunda, atau diterima dengan cara yang berbeda, dapat juga merupakan ujian
Tuhan kepada hamba-Nya. Allah memberikan berkah-Nya setelah beberapa periode
untuk kemudian diuji kesabaran hamba-Nya dan untuk membuat mereka matang dengan
alasan tertentu.
Berdasarkan alasan serupa, ia tak dapat diduga
bahwa setiap do’a terwujud seperti saat ia diminta dan sesegera mungkin.
Seperti apa yang diutarakan oleh cendikiawan Islam Bediuzzaman, Allah mungkin
memberikan sedikit dari sesuatu yang diminta dalam do’a atau sesuatu yang lebih
dari yang dihadiahkan karena alasan tersebut yang disebut di atas. Ia mungkin
tidak mengabulkannya sama sekali. Akan tetapi, pada setiap kondisi, Allah
menerima do’a dari mereka yang berdo’a kepada-Nya.
11(1)Bagaimana Para Nabi berdo’a?
Berdo’a merupakan bentuk kepatuhan kepada Allah
dan semua orang membutuhkan do’a. Hal yang merupakan contoh paling rasional
dalam hal ini adalah bahwa semua Nabi yang berdo’a kepada Allah dengan
menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala hal yang terdapat di Al-Qur;an. Dalam
do’a nabi Muhammda SAW, dan para nabi-nabi, kita melihat penyerahan diri mereka
kepada Allah, fakta bahwa mereka melihat Allah, dan sebagai teman sejati mereka
serta pihak yang membantu mereka dan bahwa mereka dan berdo’a memuja Tuhan kita
dengan nama-Nya yang indah.
Do’a dari Nabi Muhammad (SAW)
Dalam do’a dari Nabi Muhammad SAW, hal yang
terindah dari mengutip Allah dengan nama-Nya disebutkan. Salah satu do’a dari
nabi kita (SAW) disebutkan sebagai berikut:
Katakanlah “ Wahai Tuhan Yang Maha mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Egkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan otang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Surah Al ‘Imran, 26).
Dalam narasinya, terlihat bahwa nabi Muhammd
(SAW) berdo’a kepada Tuhan untuk diberikan moral yang baik dan perilaku yang
baik.
O Allah! perteballah kebaikan dan etika! Wahai
Yang Maha Agung! Pindahkanlah moral yang buruk (Tirmidhi, Imam Ahmad dan Haqim;
Hujjat al-Islam Imam Gadhali, Ihyau Ulum id-din, volume 2, Terjemahan : Dr.
Sitki Gulle, Huzur Publishing, Istanbul 1998, p.789)
Do’a dari nabi Nuh (as),
Kesabaran dari nabi Nuh (as) yang menyerukan
umatnya kepada agama yang baik selama beberapa tahun dengan kesungguhan, dipuji
dalam Al-Qur’an. Nabi Nuh (as) berjuang melawan umatnya yang bertindak dengan
memusuhinya dan orang-orang beriman yang bersamanya. Faktanya adalah nabi Nuh
kembali kepada Allah WT dalam berbagai situasi, dan berdo’a dengan mengharapkan
bantuan-Nya secara tulus merupakan contoh yang baik bagi orang beriman. Dalam
satu ayat, terlihat bahwa Allah mengetahui kondisi dari Nabi nuh (as), bahwa ia
berdo’a sebagai berikut:
“Maka ia Mengadu kepada Tuhannya: “bahwasannya
aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)”
(Q.S Al-Qamar : 10).
(Q.S Al-Qamar : 10).
Allah menerima do’a nabi Nuh (as) dan
memerintahkannya agar bersiap-siap menghadapi banjir, yang akan terjadi di masa
depan. Nabi Nuh (as) mulai membangun kapal yang sangat besar atas perintah
Allah, meskipun tidak ada laut ataupun danau di sekitarnya. Dalam masa
pembangunan kapal tersebut, ia secara terus-menerus menjadi pihak yang dicemooh
oleh umatnya. Pada saat tiba waktunya, janji Allah SWT terwujud dan banjir
tersebut terjadi.
Do’a dari nabi Yunus (as):
Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Nabi yang
mulia ini memisahkan diri dari umatnya, karena mereka tak merespon seruannya
(Surat As-Safaat: 139-142). Seperti yang tertulis pada ayat berikut ini,
terdapat gambar di kapal tersebut di mana nabi Yunus (as) berkelana dan akibat
dari gambar tersebut nabi Yunus (as) dilemparkan ke laut. Puncak dari kejadian
tersebut, nabi Yunus (as) berserah diri kepada Allah dan berdo’a kepada-Nya.
Allah mencatat peristiwa ini dalam Al-Qur’an :
Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia
pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat
gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah ) selain Engkau. Maha Suci
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami
telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ”(Surat al-Anbiya’,ayat:
87–88).
Seperti yang tertulis pada ayat Nabi Yunus (as)
bersaksi/ mengaku kondisinya secara tulus dalam do’anya. Ia berdo’a kepada
Allah dan menantikan bantuan-Nya. Tuhan kita, yang Maha Pengampun, menerima
penebusan dan menyelamatkannya dari perut ikan dengan menerima do’anya.
Do’a Nabi Yakub (as)
Dalam Al-Qur’an, kesabaran nabi Yakub (as)
disebutkan sebagai salah satu contoh bagi orang beriman. Nabi Yakub (as) yang
menerima wahu dari Allah dan merupakan hamba terpilih (Q.S An-Nisa :163),
merasakan permasalahan yang serius dan melewati masa sulit. Akan tetapi,
meskipun segala penderitaan yang dialaminya, Ia selalu menjadikan hal tersebut
sebagai contoh bagi orang beriman dengan kesabaran dan penyerahan diri kepada
Allah (Q.S Sad, 44). Do’a yang tulus dari nabi suci kita tersebut dinyatakan
dalam salah satu ayatnya sebagai berikut:
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru
kepada Tuhannya: (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang ”(Surat
al-Anbiya’, 83)
Hal ini tercatat dalam Al-Qur’an bahwa Allah
Yang Maha Besar menerima semua do’a dari Nabi Yakub (as) sebagai salah satu
hambanya yang tulus”
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu
Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya
kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari
sisi Kami dan utuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Surat
al-Anbiya’, 84)
Do’a, merupakan alat terpenting dalam mencapai
ke agungan Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar, yang lebih dekat
dari urat nadi manusia ( Surah Qaf, ayat 16), merupakan bentuk penghambaan bagi
orang beriman di segala kondisi dan kesempatan. Akan tetapi, setiap orang
beriman melakukan ini, seperti yang ditulis dalam ayat : Dan kamu tidak mampu
kecuali bila dikehendaki Allah…”(Surat al-Insan, 30). Mereka berperilaku dalam
kesadaran bahwa faktanya segala sesuatu selalu di bawah kontrol Tuhan kita dan
semuanya terwujud karena kehendak-Nya.
Akan selalu ada jawaban dari do’a yang tulus di
dunia dan di akhrat.
Do’a membimbing seseorang atas apa yang akan
terjadi dalam nasibnya” Allah adalah satu-satunya yang menentukan nasib dan
menciptakan do’a. Akan tetapi berkah yang datang dari do’a mengandung kemakmuran
di dunia ini dan sekembalinya ke akhirat. Seluruh kehidupan sesorang merupakan
hasil dari do’a yang diucapkan dari do’a yang sebelumnya diminta, apakah ia
merasa sadar atau tidak. Do’a aktif berupa tindakan dan usaha yang diajukan
dari doa dan kehendak Allah. Ketika usaha tersebut ridha Allah hal tersebut
masih menjadi cara bagi tiap pribadi untuk meraih harapannya, sesuai dengan
ridha Allah.
Manusia yang tidak beriman namun membawa do’a
aktif mereka dengan ambisi yang besar, sebagai contoh, mereka yang bekerja dan
mendapatkan banyak keuntungan, menjadi kaya atau menjadi pakar tentang sesuatu
hal dan menjadi terkenal, telah mencapai derajat tersebut melalui perjuangan
aktif mereka dengan berpedoman pada akibat, dan lagi lagi kehendak Allah. Akan tetapi,
do’a yang aktif yang tidak digunakan untuk ridha Allah tak akan memberikan
keuntungan terhadap orang tersebut di akhirat meskipun orang tersebut mencapai
tujuan tujuannya dari waktu ke waktu di dunia ini.
dua6Tak ada selain Allah yang kita Mohon Do’a
Dengan ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an:
”Hai Nabi! cukuplah Allah (menjadi Pelindung)
bagimu dan bagi orang orang mu’min yang mengikutimu, (Q.S Al-Anfaal, 64)
Allah merupakan yang paling sempurna, Pemilik
kekal Kekuasaan. Semua kekuatan di dunia ini ada di tangan_nya. Jadi permohonan
bantuan dan permohonan maaf harusnya ditujukan hanya kepada Allah, di mana
semua orang butuh dan Allah tidak memerlukan sesuatu pun. Dalam Al-Qur’an
disebutkan bahwasannya salah apabila berdo’a selain kepada Allah dan Allah
merupakan satu-satunya pemilik do’a :
Maka jangalah kamu menyeru (menyembah) tuhan
yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
di’azab (Surat ash-Syu‘araa’, 213)
Kesimpulan
Do’a merupakan contoh dari kemurahan Allah dan
kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya, Orang-orang beriman dapat berdo’a kepada
Allah setiap saat dan di setiap kondisi apapun dan mereka merasa damai karena
Allah akan menerima do’a-do’a mereka di saat yang tepat. Dalam hal ini, mereka
dapat menceritakan rahasia terpendam mereka dan keinginan terdalam mereka
kepada Allah, dan hidup dalam kebaikan, kesejahteraan dan keindahan yang datang
dari pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya teman, petunjuk dan yang akan
membantu mereka.
Kita dapat melihat bahwa rahasia terbesar dalam
Allah mewujudkan do’a dalam kehidupan para Nabi seperti yang telah dikisahkan
dalam beberapa contoh. Terdapat hubungan dalam berdo’a dan menjalankan perintah
Allah. Usaha nyata yang ditunjukkan untuk ridha Allah, belas kasihan dan
surga-Nya merupakan bentuk pengambaan sepenting seperti berdo’a. Allah
menunjukkan dalam Al-Qur’an mengenai pentingnya usaha tersebut:
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan
akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah
mu’min, maka mereka adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik”
(Surat al-Isra’, 19)
Ulama Imam Rabbani menjelaskan hal ini sebagai
berikut :
Menginginkan sesuatu berarti mencapai hal
tersebut, Memang, Allah yang Maha Kuasa tidak membuat hambanya berdo’a untuk
sesuatu yang tidak diterima-Nya. Hamba-Nya yang beriman tahu bahwa usahanya
juga merupakan sebuah do’a tidak hanya berdoa pada saat kesulitan tetapi pada
setiap saat oleh perasaan keberadaan dan ke-Agungan Allah. Mereka memelihara
kedekatan hubungan dengan Allah Yang Maha Kuasa di setiap saat hidup mereka.
[HY]
No comments:
Post a Comment