Sunday 9 March 2014

SOLAT TAHAJJUD

SOLAT TAHAJJUD
SOLAT MENURUT PERUBATAN

Solat Tahajjud ternyata tak hanya membuat  seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs  Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil  penelitian Mohammad Soleh, dosen IAIN Surabaya, salah satu solat sunah itu  bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya?

"Cobalah Anda rajin-rajin solat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya  anda terbebas dari infeksi dan kanker". Ucap Soleh. Ayah dua anak itu bukan 'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya  yang berjudul 'Pengaruh Solat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

Dengan desertasi itu, Soleh berhasil meraih  gelar doktor dalam bidang ilmu  kedokteran pada Program Pasca Sarjana  Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu. Selama ini, menurut Soleh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau  sholat sunah.

Padahal jika dilakukan secara kontinu,  tepat  gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis solat itu menumbuhkan respons  ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A  dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat   mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang  dihadapi  (coping).

Solat tahajjud yang dimaksudkan Soleh bukan sekedar menggugurkan status solat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas solat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan  keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah  ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.    Namun sebetulnya  soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran.  Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui  sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Soleh, bisa diukur  dengan kondisi tubuh. Pada kondisi  normal, jumlah hormon kortisol pada  pagi hari normalnya antara 38-690  nmol/liter. Sedang pada malam hari atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah  hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena  tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan  temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Soleh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41  siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan solat tahajjud selama  sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan solat tahjjud  selama dua bulan. Solat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat,  masing-masing dua  rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia  dan  Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin  bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak  melakukan  tahajjud. Mereka yang  rajin dan ikhlas bertahajud memiliki  ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil.

"jadi solat tahajjud selain bernilai ibadah, juga  sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol  kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi  positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress," Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan solat tahajjud yang dilakukan secara rutin  dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki  respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan teknik medis menunjukan,  solat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan  tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugerah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk di akal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam  karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat  kagum dengan penemuan tersebut  sehingga tidak dapat diterima oleh akal  fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi.  Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an"  Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan   seperti yang terdapat didalam Al-Quran.
Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahawa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan  darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud.

Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar  sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh Islam.

Begitulah keagungan  ciptaan  Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak  dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara  normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah  dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya :  Makhluk Allah yang  bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan  yang beragama  Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di  dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang  pertimbangan di dalam membuat keputusan  secara normal. Justru  itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan  hal-hal yang bertentangan dengan fitrah  kejadiannya walaupun akal mereka  mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan  kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih  normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial  Masyarakat saat ini.

Untuk info lebih lanjut silakan subscribe ke newsgroup :

No comments:

Post a Comment