Wednesday, 3 July 2013

Bahaya Islam Liberal



Bahaya Islam Liberal

Pendahuluan

Islam adalah dien al-haq yang diwahyukan oleh Allah taala kepada RasulNya yang terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam: "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. 48: 28) Sebagai rahmat bagi semesta alam "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS 21:107) Dan sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta'ala: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS 3:19) Islam adalah agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk Firqah Najiyah (kelompok yang selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya maka ia termasuk firqah-firqah yang halikah (kelompok yang binasa).

Pertama, prinsip kebebasan individual.
Kedua, prinsip kontrak sosial.
Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas.
Keempat, meyakini kewujudan banyak Sosiobudaya dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81).

Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadap-hadapan tidak mungkin boleh bertemu. Namun demikian ada sekelompok orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL) dan fahaman ini juga wujud di Malaysia.

Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haq tetapi pada hakikatnya suara mereka itu adalab bathil kerana liberal tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasul Muhammad shallallahu 'alaihi wasllam, akan tetapi yang mereka suarakan adalah bidah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka kita akan huraikan sanad (asal usul) firqah liberal (kelompok Islam Liberal atau Kelompok kajian utan kayu**nota utan kayu adalah nama pena seorang aktivis pantau http://www.pantau.or.id/txt/21/03.html), visi, misi agenda dan bahaya mereka.

Sanad (asal-usul) Firqah Liberal

Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar abad ke-18 dikala kerajaan Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, kembali kepada al-Quran dan sunnah. Pada saat ini muncullah fahaman liberal awal melalui Syah Waliyullah (India, 1703-1762), menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan keperluan pcnduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syiah. aka Muhammad Bihbihani (Iran, 1790) mulai berani membuka pintu ijtihad dan membukanya lebar-lebar.

Idea ini terus berkembang. Rifah Rafi al-Tahtawi (Mesir, 1801-1873) memasukkan unsur-unsur Eropah dalam pendidikan Islam. Shihabuddin Marjani (Rusia, 1818-1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukkan mata pelajaran sekular ke dalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman: xx-xxiii)

Di India muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-18%) yang memujuk kaum muslimin agar mengambil kebijakan bekerjasama dengan penjajah Inggeris. Pada tahun 1877 ia membuka sebuah kolej yang kemudian menjadi Universiti Aligarh (1920). Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The Spirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di Inggeris pada masa Ratu Victoria. Amir Ali memandang bahawa Nabi Muhammad adalah Pelopor Agung Rasionalisme. (William Montgomery Waft: 132).

Di Mesir muncullah M. Abduh (1849-1905) yang banyak menyeduk pemikiran muktazilah, berusaha menafsirkan Islam dengan cara yang bebas dari pengaruh salaf. Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kakitangan Eropah dan pelopor emancipate (kebebasan) wanita, penulis buku Tahrir al-Marfah. Lalu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966). Lalu yang menghancurkan sistem khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik kerana Muhammad hanyalah pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-1997) yang mengatakan bahawa yang dikehendaki oleh Al-Quran hanyalah system demokrasi tidak yang lain.(Charless: xxi,l8).

Di Al-Jazair muncul Muhammad Arkoun (lahir 1928) yang menetap di Perancis, ia memulakan tafsir Al Quran model baru yang didasarkan pada berbagai disiplin Barat seperti dalam lapangan semiotika (ilmu tentang fenomena tanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinya Ia ingin menelaah Islam berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan Barat moden. Dan ingin mempersatukan keanekaragaman pemikiran Islam dengan keanekaragaman pemikiran diluar Islam. (Mufadz, Muhammad Arkoun Anggitan tentang cara-cara tafsir al-Quran, Jurnal Salam vol.3 No. 1/2000 hal 100-111; Abd. Rahman al-Zunaidi: 180; Willian M Watt: 143).

Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika dan menjadi guru besar di Universiti Chicago. Ia memulakan tafsir konstekstual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Ia mengatakan al-Quran itu mengandung dua aspek: legal spesifik dan ideal moral, yang dituju oleh al-Quran adalah ideal moralnya kerana itu ia yang lebih bagus untuk diterapkan. (Fazhul Rahman: 21; William M. Watt: 142-143).

Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di Chicago) yang mempelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wachid. (Adiyan Husaini dalam makalah Islam Liberal dan misinya menukil dari Greg Barton, Sabili no. 15: 88). Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu ia telah rnenyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar fahaman kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama (Nurcholis Madjid: 239) Lalu sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengusung idea-idea Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang sealiran dengan fikirannya. Demikian sanad Islam Liberal menurut Hamilton Gibb, William Montgomery Watt, Chanless Kurzman dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita usul maka pokok fikiran mereka sebenarnya lebih tua dari itu. Fahaman mereka yang rasionalis dalam beragama kembali pada guru besar kesesatan iaitu Iblis Iaknatullah alaih. (Ali Ibn Abi aI-fIzz: 395) kerana itu JIL boleh diplesetkan dengan Jalan Iblis Laknat. Manakala fahaman sekularis dalam bermasyarakat dan bernegara berakhir sanadnya pada masyarakat Eropah yang menjatuhkan tokoh-tokoh gereja yang melahirkan moto Render Unto The Caesar what The Caesars and to the God what the Gods (Serahkan apa yang menjadi hak Kaisar kepada kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada Tuhan). (Muhammad Imarah: 45) Kerana itu ada yang mengatakan: Cak Nur Cuma meminjam pendekatan Kristian yang membidani lahirnya peradaban barat, sedangkan fahaman pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi (468-543 H) yang mendokong keimanan Firaun dan mengunggulkannya atas nabi Musa 'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)

Misi Firqah Liberal

Misi Firqah Liberal adalah untuk menghadang (tepatnya: rnenghancurkan) gerakan islam fundamentalis (www.islamlib.com). mereka menulis: sudah tentu, jika tidak ada usaha-usaha untuk mencegah dominannya pandangan keagamaan yang militan itu, boleh jadi, dalam waktu yang panjang, pandangan-pandangan kelompok keagamaan yang militan ini boleh menjadi dominan. Hal ini jika benar terjadi, akan mempunyai akibat buruk buat usaha memantapkan demokratisasi di Indonesia. Sebab pandangan keagamaan yang militan biasanya menimbulkan ketegangan antara kelompok-kelompok agama yang ada. Sebut sahaja antara islam dan Kristian. Pandangan-pandangan keagamaan yang terbuka (inklusif) plural, dan humanis adalah salah satu nilai-nilai pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis.

Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima cirri-ciri; iaitu

(1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap Barat,
(2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu itu
(3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam
(4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan negara
(5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan.

Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)

Agenda dan Gagasan Firqah Liberal

Dalam tulisan berjudul Empat Agenda islam Yang Membebaskan; Luthfi AsySyaukani, salah seorang pengasas JIL yang juga dosen di Universitas Paramadina Mulya memperkenalkan empat agenda Islam Liberal. Pertama, agenda politik. Menurutnya urusan negara adalah murni urusan dunia, sistem kerajaan dan parlimen (demokrasi) sama sahaja. Kedua, mengangkat kehidupan antara agama. Menurutnya perlu pencarian teologi pluralisme mengingat semakin majmuknya kehidupan bermasyarakat di negeri-negeri Islam. Ketiga, emansipasi (Kebebasan) wanita dan Keempat kebebasan berpendapat (secara mutlak).

Sementara itu, dari sumber lain kita telah mendapatkan empat agenda mereka adalah
(1) pentingnya konstekstualisasi ijtihad
(2) komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
(3) penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama
(4) permisahan agama dari parti politik dan adanya posisi non-sektarian negara (lihat Greg Bertan, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pustaka Antara Paramadina 1999: XXI)

Bahaya Firqah Liberal

1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diredhai oleh Allah, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diredhai oleh Iblis, Barat dan pan Thaghut lainnya.

2) Mereka lebih menyukai attribute (unsur) fasik daripada gelaran-gelaran keimanan kerana itu mereka benci kepada kata-kata jihad, sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam Liberal. Allah berfirman: "Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)

3) Mereka beriman kepada sebahagian kandungan Al Quran dan meragukan kemudian menolak sebahagian yang lain, supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan jalan baru dalam menafsiri al-Quran. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal. Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafsir al-Ashri menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi keperluannya. (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Isnin 4 Muharram 1423). Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka jelaslah mengapa rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling saya khawatirkan atas adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Quran." Orang-orang yang seperti inilah yang merosak agama ini. Mereka mengaku diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perosak Islam, mereka mengajak kepada Al-Quran padahal merekalah yang mencampakkan Al-Quran. Mengapa demikian? Kerana mereka bodoh terhadap sunnah. (Lihat Ahmad Thn Umar al-Mahmashani: 388-389)

4) Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam Islam, kerana mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat.

5) Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi, para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya berasaskan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam LiberaL .Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah:

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. An-Nisaa 115).

6) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku sebagai pembaharu bahkan super pembaharu iaitu neo modernis. Allah berfirman: Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerosakan, tetapi mereka tidak sedar. Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).

7) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, iaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki.

8) Mereka memecah belah umat Islam kerana gagasan mereka adalah bidah dan setiap bidah pasti memecah belah.

9) Mereka memiliki asas pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup.

10) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan sabun dan asal comot Lihat saja buku Charless Kurzman, Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan ke dalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh Ihwan al-Muslimin). Bahayanya adalah mereka tidak boleh diam, padahal diam mereka adalab emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin. "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim)(Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan seterusnya). Ahlul batil selain menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq. Allah ta'ala berfirman: "Adapun orang-orang yang kafir, sebahagian mereka pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, nescaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73). Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu sederhana tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)

No comments:

Post a Comment