Bahaya Islam Liberal
Pendahuluan
Islam adalah dien al-haq yang diwahyukan oleh Allah taala
kepada RasulNya yang terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak
agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai
saksi." (QS. 48: 28) Sebagai rahmat bagi semesta alam "Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
(QS 21:107) Dan sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta'ala:
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam."
(QS 3:19) Islam adalah agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan
pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk
Firqah Najiyah (kelompok yang selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya
maka ia termasuk firqah-firqah yang halikah (kelompok yang binasa).
Pertama, prinsip kebebasan individual.
Kedua, prinsip kontrak sosial.
Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas.
Keempat, meyakini kewujudan banyak Sosiobudaya dan
Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81).
Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis,
saling berhadap-hadapan tidak mungkin boleh bertemu. Namun demikian ada sekelompok
orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal
(JIL) dan fahaman ini juga wujud di Malaysia.
Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan
adalah haq tetapi pada hakikatnya suara mereka itu adalab bathil kerana liberal
tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasul
Muhammad shallallahu 'alaihi wasllam, akan tetapi yang mereka suarakan adalah
bidah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Muhammad Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka kita akan huraikan sanad (asal usul) firqah liberal
(kelompok Islam Liberal atau Kelompok kajian utan kayu**nota utan kayu adalah
nama pena seorang aktivis pantau http://www.pantau.or.id/txt/21/03.html), visi,
misi agenda dan bahaya mereka.
Sanad (asal-usul) Firqah Liberal
Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar
abad ke-18 dikala kerajaan Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal
tengah berada digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk
mengadakan gerakan pemurnian, kembali kepada al-Quran dan sunnah. Pada saat ini
muncullah fahaman liberal awal melalui Syah Waliyullah (India, 1703-1762),
menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan
keperluan pcnduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syiah. aka Muhammad Bihbihani
(Iran, 1790) mulai berani membuka pintu ijtihad dan membukanya lebar-lebar.
Idea ini terus berkembang. Rifah Rafi al-Tahtawi (Mesir,
1801-1873) memasukkan unsur-unsur Eropah dalam pendidikan Islam. Shihabuddin
Marjani (Rusia, 1818-1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukkan
mata pelajaran sekular ke dalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman:
xx-xxiii)
Di India muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-18%) yang
memujuk kaum muslimin agar mengambil kebijakan bekerjasama dengan penjajah
Inggeris. Pada tahun 1877 ia membuka sebuah kolej yang kemudian menjadi
Universiti Aligarh (1920). Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The
Spirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di
Inggeris pada masa Ratu Victoria. Amir Ali memandang bahawa Nabi Muhammad
adalah Pelopor Agung Rasionalisme. (William Montgomery Waft: 132).
Di Mesir muncullah M. Abduh (1849-1905) yang banyak
menyeduk pemikiran muktazilah, berusaha menafsirkan Islam dengan cara yang
bebas dari pengaruh salaf. Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kakitangan Eropah
dan pelopor emancipate (kebebasan) wanita, penulis buku Tahrir al-Marfah. Lalu
muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966). Lalu yang menghancurkan sistem khilafah,
menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik kerana Muhammad hanyalah
pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-1997) yang
mengatakan bahawa yang dikehendaki oleh Al-Quran hanyalah system demokrasi
tidak yang lain.(Charless: xxi,l8).
Di Al-Jazair muncul Muhammad Arkoun (lahir 1928) yang
menetap di Perancis, ia memulakan tafsir Al Quran model baru yang didasarkan
pada berbagai disiplin Barat seperti dalam lapangan semiotika (ilmu tentang
fenomena tanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinya Ia ingin
menelaah Islam berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan Barat moden. Dan ingin
mempersatukan keanekaragaman pemikiran Islam dengan keanekaragaman pemikiran
diluar Islam. (Mufadz, Muhammad Arkoun Anggitan tentang cara-cara tafsir
al-Quran, Jurnal Salam vol.3 No. 1/2000 hal 100-111; Abd. Rahman al-Zunaidi:
180; Willian M Watt: 143).
Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang
menetap di Amerika dan menjadi guru besar di Universiti Chicago. Ia memulakan
tafsir konstekstual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya.
Ia mengatakan al-Quran itu mengandung dua aspek: legal spesifik dan ideal
moral, yang dituju oleh al-Quran adalah ideal moralnya kerana itu ia yang lebih
bagus untuk diterapkan. (Fazhul Rahman: 21; William M. Watt: 142-143).
Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur
Rahman di Chicago) yang mempelopori gerakan firqah liberal bersama dengan
Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wachid. (Adiyan Husaini dalam
makalah Islam Liberal dan misinya menukil dari Greg Barton, Sabili no. 15: 88).
Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada
saat itu ia telah rnenyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: Rasanya
toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar fahaman kenisbian (relativisme)
bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu
nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya
merupakan inti setiap agama (Nurcholis Madjid: 239) Lalu sekarang muncullah apa
yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengusung idea-idea Nurcholis
Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang sealiran dengan fikirannya. Demikian
sanad Islam Liberal menurut Hamilton Gibb, William Montgomery Watt, Chanless
Kurzman dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita usul maka pokok fikiran mereka
sebenarnya lebih tua dari itu. Fahaman mereka yang rasionalis dalam beragama
kembali pada guru besar kesesatan iaitu Iblis Iaknatullah alaih. (Ali Ibn Abi
aI-fIzz:
395) kerana itu JIL boleh diplesetkan dengan Jalan Iblis Laknat. Manakala
fahaman sekularis dalam bermasyarakat dan bernegara berakhir sanadnya pada
masyarakat Eropah yang menjatuhkan tokoh-tokoh gereja yang melahirkan moto
Render Unto The Caesar what The Caesars and to the God what the Gods (Serahkan
apa yang menjadi hak Kaisar kepada kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada
Tuhan). (Muhammad Imarah: 45) Kerana itu ada yang mengatakan: Cak Nur Cuma
meminjam pendekatan Kristian yang membidani lahirnya peradaban barat, sedangkan
fahaman pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi
(468-543 H) yang mendokong keimanan Firaun dan mengunggulkannya atas nabi Musa
'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)
Misi Firqah Liberal
Misi Firqah Liberal adalah untuk menghadang (tepatnya:
rnenghancurkan) gerakan islam fundamentalis (www.islamlib.com). mereka menulis:
sudah tentu, jika tidak ada usaha-usaha untuk mencegah dominannya pandangan
keagamaan yang militan itu, boleh jadi, dalam waktu yang panjang,
pandangan-pandangan kelompok keagamaan yang militan ini boleh menjadi dominan.
Hal ini jika benar terjadi, akan mempunyai akibat buruk buat usaha memantapkan
demokratisasi di Indonesia. Sebab pandangan keagamaan yang militan biasanya
menimbulkan ketegangan antara kelompok-kelompok agama yang ada. Sebut sahaja
antara islam dan Kristian. Pandangan-pandangan keagamaan yang terbuka
(inklusif) plural, dan humanis adalah salah satu nilai-nilai pokok yang
mendasari suatu kehidupan yang demokratis.
Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi
lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima cirri-ciri; iaitu
(1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam
terhadap Barat,
(2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam
masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu itu
(3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam
(4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama
dan negara
(5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun
(petunjuk) untuk masa depan.
Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika
Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)
Agenda dan Gagasan Firqah Liberal
Dalam tulisan berjudul Empat Agenda islam Yang
Membebaskan; Luthfi AsySyaukani, salah seorang pengasas JIL yang juga dosen di
Universitas Paramadina Mulya memperkenalkan empat agenda Islam Liberal.
Pertama, agenda politik. Menurutnya urusan negara adalah murni urusan dunia,
sistem kerajaan dan parlimen (demokrasi) sama sahaja. Kedua, mengangkat
kehidupan antara agama. Menurutnya perlu pencarian teologi pluralisme mengingat
semakin majmuknya kehidupan bermasyarakat di negeri-negeri Islam. Ketiga,
emansipasi (Kebebasan) wanita dan Keempat kebebasan berpendapat (secara
mutlak).
Sementara itu, dari sumber lain kita telah mendapatkan
empat agenda mereka adalah
(1) pentingnya konstekstualisasi ijtihad
(2) komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
(3) penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme
agama-agama
(4) permisahan agama dari parti politik dan adanya posisi
non-sektarian negara (lihat Greg Bertan, Gagasan Islam Liberal di Indonesia,
Pustaka Antara Paramadina 1999: XXI)
Bahaya Firqah Liberal
1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diredhai oleh
Allah, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diredhai oleh Iblis, Barat
dan pan Thaghut lainnya.
2) Mereka lebih menyukai attribute (unsur) fasik daripada
gelaran-gelaran keimanan kerana itu mereka benci kepada kata-kata jihad,
sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam
Liberal. Allah berfirman: "Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang
buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)
3) Mereka beriman kepada sebahagian kandungan Al Quran
dan meragukan kemudian menolak sebahagian yang lain, supaya penolakan mereka
terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan jalan baru dalam menafsiri
al-Quran. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik,
Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal. Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam
kitabnya al-Tafsir al-Ashri menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) maka
putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi
keperluannya. (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Isnin 4 Muharram
1423). Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka jelaslah
mengapa rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling
saya khawatirkan atas adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah
dengan Al-Quran." Orang-orang yang seperti inilah yang merosak agama ini.
Mereka mengaku diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perosak
Islam, mereka mengajak kepada Al-Quran padahal merekalah yang mencampakkan
Al-Quran. Mengapa demikian? Kerana mereka bodoh terhadap sunnah. (Lihat Ahmad
Thn Umar al-Mahmashani: 388-389)
4) Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat
ijtihad yang ada dalam Islam, kerana mereka merasa rendah berhadapan dengan
budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat.
5) Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi,
para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang
hanya berasaskan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada
bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan
agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar
Otentitas Islam LiberaL .Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti
inilah yang diancam oleh Allah:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat
kembali." (QS. An-Nisaa 115).
6) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada
ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku
sebagai pembaharu bahkan super pembaharu iaitu neo modernis. Allah berfirman:
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerosakan di
muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang
yang membuat kerosakan, tetapi mereka tidak sedar. Apabila dikatakan kepada
mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman,"
mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu
telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).
7) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika,
iaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John
L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh
negara-negara Islam tampil seperti Turki.
8) Mereka memecah belah umat Islam kerana gagasan mereka
adalah bidah dan setiap bidah pasti memecah belah.
9) Mereka memiliki asas pendidikan yang banyak melahirkan
pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional
dan dana yang cukup.
10) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga
gagasannya terkesan sabun dan asal comot Lihat saja buku Charless Kurzman,
Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan ke dalam kelompok
liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh
Ihwan al-Muslimin). Bahayanya adalah mereka tidak boleh diam, padahal diam
mereka adalab emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu
melakukannya kecuali seorang yang mukmin. "Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia
diam." (HR. Bukhari dan Muslim)(Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan
seterusnya). Ahlul batil selain menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq.
Allah ta'ala berfirman: "Adapun orang-orang yang kafir, sebahagian mereka
pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, nescaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73).
Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka
itu sederhana tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak memiliki
aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)
No comments:
Post a Comment